Sabtu, 28 September 2013

Pinton Pohon

Getar-getar jari gitar bersenar sebinar purnama malam yang aku janjikan hangat bersama secangkir kikir teh penghangat penat, di sana ada aku dan pena yang berbayang tinta berita lama.
Ada yang berbeda pada sore itu,dedaunan mau saja diterbangkan angin padahal kutilang pun tak bersetubuh dengannya.Apa jadinya malam jikalau purnama saja yang terpandang di berandanya,tak berdatang dan tak berpulang begitupun tak beraroma serindunya sedap malam kepada lampu. Pepohonan seperti terdiam,entah apa yang mereka pikirkan aku ataukah dirimu? atau secangkir susu hangat barangkali. Apakah kau kedinginan dini ini?bicara saja,biarkan purnama yang temani rerama malam sampai senja.aku suguhkan saja untukmu obrolan singkat khas seribu satu malam yang tak kau akan dapatkan di duniamu sekarang.Tapi,bukankah seratus tahun silam kau minta aku ajarkan cara bercumbu yang paling asing? kalau kau siap,jejarkan saja kulit-kulit bibirmu yang lentik,kita bercumbu saja malam ini,dini ini,siang ini sampai purnama mual melihatnya, dibawah pohon dan tuhan.
Lelangit kosong saja yang bohong kepada nada tangga-tangga yang dijinggai beribu pelampiasan embun menjadi batu,padahal dini ini kita sedang bimbang bertukar latar tentang musik-musik yang kita pelajari dari mimpi.
Cukupkan saja kita tata dunia kita dengan membeda antara aku,pohon dan tuhan yang selalu senang aku cumbui berpohon lakon.
Untukmu yang tak buta rasa, masihkah kau kehujanan sayang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar